Pelajaran dari Matt Mullenweg

SEPANJANG akhir pekan lalu saya rela menghabiskan waktu untuk belajar ketimbang jalan-jalan ke mal. Bukan sembarang belajar, melainkan menimba ilmu blog dari salah satu dewa di Internet, Matt Mullenweg. Pendiri layanan free blog hosting WordPress ini menjadi pembicara utama Wordcamp Indonesia di Erasmus Huis, Jakarta Pusat.

Matt Mullenweg lahir 25 tahun silam di Houston, Texas, Amerika Serikat. Tahun lalu, majalah Business Week menobatkannya sebagai satu dari 100 tokoh paling berpengaruh di Internet.

Ia juga masuk daftar peringkat pengusaha daring terkaya di bawah usia 30 tahun versi Retire.

Bersama teman-temannya, Matt pertama kali memperkenalkan WordPress, yang berbasis open source, pada 27 Mei 2003. Keunikan WordPress ada pada semangat pendirinya membebaskan semua orang untuk ikut berpartisipasi mengembangkan program tersebut.

Berkat dukungan komunitas pengembang program dan para pemakainya, WordPress melejit cepat. Tahun lalu saja, layanan itu menjadi tempat “indekos” hampir 3 juta blog di seluruh dunia, sekitar 300 ribu di antaranya dari Indonesia.

WordPress.com telah dikunjungi 114 juta unique visitors, atau nomor empat setelah situs media sosial lain, yaitu Blogger (222 juta), Facebook (200 juta), MySpace (126 juta).

“Namanya mirip saya ya, Mas, hi-hi-hi…,” kata Mat Bloger, kawan saya yang tak sempat ikut Wordcamp. “Lantas sampean dapat apa saja di sana, Mas?”

“Wah, banyak, Mat,” jawab saya. “Matt membagi pengalaman dan pengetahuan tentang blog. Menurut Matt, ngeblog merupakan kegiatan yang mengasyikkan, santai, tapi bisa bermanfaat.

Lewat blog, sampean bisa berkenalan dengan teman-teman blogger dan menjalin jaringan komunitas. Sampean juga beroleh segudang pelajaran baru, pengalaman unik. Dan, ini yang penting, berbagi.”

“Apa yang dibagi, Mas?”

“Pengalaman, ide, cerita, ilmu, dan sebagainya. Hal-hal semacam itulah yang menurut Matt jauh lebih penting dan berharga daripada sekadar mendapatkan materi atau uang. Dia bahkan mengaku jauh lebih senang jika bisa berbagi dan membuat orang lain bahagia. Itulah sebabnya, WordPress tersedia cuma-cuma.

Matt memegang teguh prinsip ‘semakin banyak kita memberi, semakin banyak kita akan menerima’. Dia merasa tak akan jatuh rudin hanya karena memberi, seperti dia menyediakan WordPress untuk semua orang.

Matt pun lebih suka bila kita menjadikan blog bukan sebagai mesin pencetak uang. Alasannya, jumlah blog itu banyak sekali. Artinya, kecil sekali peluang dan kemungkinan menjaring uang segerobak dari blog.

Pemasang iklan daring masih mengutamakan situs besar seperti Google, Yahoo, dan YouTube untuk memasang advertensi. Jumlah blog yang pendapatannya lumayan bisa dihitung dengan jari.

Karena itu, blog-blog besar di Amerika Serikat pun tak melulu mengandalkan pemasukan dari iklan. Mereka membuat pelbagai acara terkait dengan blog, menjual barang, menyediakan dukungan teknis, dan seterusnya untuk mendapat pemasukan. Yang paling penting adalah merawat blog dengan tekun, penuh hasrat, dan memberi isi berkualitas.”

“Apa gunanya blog kalau tak bisa buat cari duit, Mas?”

“Seorang blogger beroleh rezeki bukan dari blognya, melainkan mendapat peluang ekonomi dari kegiatan merawat blog, misalnya menjadi pembicara, pengajar, penulisan buku, dan sebagainya. Jadi duit itu hasil tak langsung dari blog. Dalam bahasa Matt, You can make more money because of your blog, not from your blog.”

Pelajaran dari Matt Mullenweg

Satu pemikiran pada “Pelajaran dari Matt Mullenweg

Tinggalkan Balasan ke Bahtiar Baihaqi Batalkan balasan