Jual-Beli Blog

Seorang kawan tiba-tiba bertanya, “Kenapa blog sampean tak dijual saja, Mas? Blog sampean kan populer, brand-nya juga kuat. Pasti laku.”

Saya kaget. “Dijual? Memangnya ada yang beli? Berapa harganya?” tanya saya tak percaya.

Teman saya terkekeh. “Ah, sampean tampaknya tak mengikuti perkembangan, ya? Di luar sana, musim jual-beli blog sudah dimulai,” katanya.

Dia lalu bercerita tentang Aaron Brazell, pemilik TechnoSailor, yang menawarkan blog pribadinya itu di situs jual-beli SitePoint dengan harga US$ 30 ribu. Meski belum laku, upaya itu sempat menjadi pembicaraan di ranah blog.

“Di luar sana, Mas, banyak orang aneh yang dengan sukarela merogoh kantong demi sebuah blog. Mereka itu seperti para pemburu prangko, kolektor lukisan, yang membeli sesuatu bukan semata karena uang, melainkan kesenangan belaka. Klangenan, Mas. Bukan tak mungkin, orang-orang seperti mereka itu suatu saat juga tertarik mengoleksi blog,” kata teman saya.

Saya cuma bisa berdecak kagum mendengar cerita itu, tapi tetap saja merasa fenomena ini tidak masuk akal. Bagaimana menaksir blog dan memberinya nilai ekonomi?

“Gampang, Mas,” kata teman saya itu. Ia lalu menuturkan tentang situs Business Oppurtunities yang bisa dipakai untuk menaksir berapa nilai sebuah blog. Di situs ini, kita tinggal memasukkan alamat blog, tekan tombol Submit, dan sesaat kemudian keluar angkanya.

Angka itu merupakan hasil kalkulasi beberapa parameter, seperti peringkat blog (Google PageRank), juga statistik kunjungan yang tercatat di situs semacam Alexa dan Technorati. Berdasarkan angka itulah seorang calon pembeli atau investor lalu menentukan berapa harga yang layak untuk sebuah blog.

Selain itu, kata teman saya itu, calon pembeli menghargai sebuah blog berdasarkan beberapa hal. Misalnya umur blog, kekuatan brand, pendapatan iklan dari sebuah blog yang bisa ditransfer, jumlah pengunjung setia, jumlah posting, tingkat kerajinan membuat posting, dan jumlah tautan yang masuk. Makin tua umur sebuah blog, makin tinggi peringkat dan statistiknya, serta makin bermutu posting-nya, semakin mahal pula nilainya.

Meski sepertinya masuk akal, saya belum dapat sepenuhnya memahami penjelasan itu. Buat saya, kesuksesan sebuah blog bergantung pada pemiliknya. Tanpa sang blogger, tak ada blog. “You made your blog and your blog made you,” kata blogger kawakan Lorelle VanFossen. “Bloggers are their blogs.”

Blog dan blogger itu satu kesatuan. Jika seorang blogger dipisahkan dari blog-nya, lalu apa yang tersisa?

“Sampean benar, Mas. Karena itu, menjual blog pribadi jauh lebih sulit ketimbang menjajakan multiple blogger blog,” kata teman saya. Blog, yang pengisinya terdiri atas beberapa blogger yang aktif, akan tetap berdenyut meski kepemilikannya berpindah tangan.

“Tapi, ya, terserah sampean, Mas. Namanya juga peluang. Sampean tak akan pernah tahu hasilnya jika tak mencoba. Siapa tahu blog sampean ternyata bernilai US$ 100 ribu lebih. Apa sampean tak tergoda menjualnya?”

Waduh!

Diskusi tentang topik ini bisa diikuti di Blog Tempo Interaktif

Jual-Beli Blog

7 pemikiran pada “Jual-Beli Blog

Tinggalkan komentar