Dian Sastro

Box office itu namanya Dian Sastrowardoyo. Hanya diputar di Blog Dian Sastro. Dapat ditonton 24 jam sehari, 7 hari dalam sepekan. Nonstop. Posting pertamanya bertanggal 23 Januari 2008, dan terus laris manis dilongok hingga tulisan ini dibuat. Tiap posting memiliki 29-160 komentar. Posting berjudul Pagee pagee butaaa! untuk sementara menuai komentar tertinggi, 162, jauh di atas rata-rata komentar yang didapat para “pemain” lama.

“Namanya juga seleb, Mas. Artis. Jangan heran kalau banyak penggemarnya,” kata seorang kawan.

Saya tahu dan tak heran. Di ranah blog, nama seseorang bisa melejit tiba-tiba karena dua hal. Namanya memang sudah masyhur atau ia membuat posting yang kontroversial. Dian Sastro, artis kondang yang membintangi antara lain Ada Apa dengan Cinta? dan Dunia tanpa Koma, memiliki salah satu syarat tersebut.

“Itulah yang membuat saya iri, Mas,” teman saya menambahkan.

“Kenapa?”

“Saya ini bukan siapa-siapa. Saya pun tak pernah menulis sesuatu yang kontroversial di blog. Lalu kapan saya bisa ngetop seperti Dian, Mas?”

Saya tersenyum, seolah-olah maklum dan bersimpati. Menjadi terkenal memang sindrom yang kerap menghinggapi banyak blogger. Meski sah-sah saja, saya menganggap keterkenalan dan tingginya jumlah komentar bukan tujuan kita membuat blog. Lagi pula, Dian Sastro cuma satu. Pun tak semua orang memiliki kesempatan jadi artis. Kenapa harus iri? Toh, tak semua film peraih Oscar laris ditonton orang.

“Memang, tapi kalau punya blog tak pernah ditengok orang, lama-lama frustrasi juga, kan, Mas?” tanya teman saya itu tak mau kalah.

“Eits, jangan salah. Saya juga tak mau semua orang datang ke blog saya.”

“Kenapa? Kok, aneh?”

“Saya bikin blog bukan untuk menarik perhatian semua orang. Saya membuatnya untuk berbagi dengan mereka yang membutuhkan informasi, terutama tentang tulis-menulis dan tip mengenai blog.

Saya ingin orang datang ke blog saya karena mereka memang mau mencari sesuatu yang dibutuhkan. Bukan karena tak sengaja atau karena kesasar.

Saya tak pernah berharap ada orang yang sebetulnya mau mencari informasi, misalnya, tentang desain rumah, tip merawat anthurium, memelihara kucing, atau topik lain yang tak berhubungan dengan posting saya, tapi kesasar masuk ke blog saya.

Saya berharap pengunjung yang datang hanyalah mereka yang memang hendak belajar soal blog atau tentang hubungan sosial di Internet. Saya ingin kedatangan para pengunjung yang penasaran soal tulis-menulis atau cara berkomunikasi yang mengasyikkan. Pendeknya, saya cuma menginginkan orang-orang yang memang dapat saya penuhi kebutuhannya melalui blog ini.”

“Ah, sampean belagu, Mas?”

“Kok, belagu, sih? Ini soal pilihan. Saya, toh, tak bisa menyenangkan dan memenuhi kebutuhan semua orang. Kemampuan dan kompetensi saya terbatas.

Saya kasih tahu, ya, ketika sampean mulai membangun sebuah blog, sebetulnya sampean sedang membangun komunitas orang-orang yang memiliki satu keinginan dan pemikiran.

Sampean memiliki apa yang mereka butuhkan dan mereka membutuhkan sesuatu yang sampean punyai. Sampean memberi, mereka menerima, dan sebaliknya. Paham?”

Teman saya menggelengkan kepala. Huh!

>> Diskusi tentang topik ini bisa diikuti di Blog Tempo Interaktif.

Dian Sastro

22 pemikiran pada “Dian Sastro

  1. setuju mas.. saya tak pernah berpikir gimana caranya agar blog saya dikunjungi banyak orang. Saya ingin agar blogger yg mengunjungi blog saya dapat memetik manfaat… Saya juga tak peduli apakah tulisan saya dibaca atau tidak. Yang penting saya terus menulis dan menulis tentu dengan tetap berupaya menganut kaidah2 penulisan yang baik
    Salam šŸ™‚

  2. saya ngeblog ya mung cuap2 doang,,malah kadang ada juga postingan yang pengen tak umpetke soale gak mau kalo dibaca org malu gitu,,tapi akhirnya dipublikasikan juga,,intinya mung pengen sinau nulis…

  3. Semua orang menjalani nasibnya sendiri-sendiri, dan dalamperjalanan nasib tersebut setiap orang mendapatkan rejekinya masing-masing…
    Gak perlu ada rasa iri dengan orang lain.

  4. tomyzero berkata:

    setuju bossss, kita ngeblog tergantung sudut pandang mana yg kita liat

    blog saya juga segmented cuma tentang musik, saya berusaha jujur karena bidang itu yg saya kuasai, bukan yg laen… lumayan bos banyak yg mengapresiasi kok

    tomy——>penggemar band-band legend

  5. saya mah ngeblog pengen nyampah2 doang… soale kalo nyampah ditempat orang suka diomelin… makanya akhirnya memutuskan bikin tong sampah sendiri… hehehe…

    Dian sastro juga pasti berfikir begitu… selain tentu saja mendekatkan diri pada yang Kuasa… maksud saya pada para penggemarnya… termasuk pria2 jalang blogger di dunia maya ini…

  6. Saya baru terjun di dunia blog belum ada setahun ndoro. Motivasinya klise: untuk curhat. Saya senang membaca dari blog-blog yang lebih dulu muncul, meski ga pernah buat komen. Blog ndoro merupakan salah satu favorit saya. Apa ini yang yang disebut dengan blog positif yah?

  7. seumur-umur gw pake nama wicaksono, rasanya ga laku2 juga padahal dah ga kurang belagunya gw. Coba ganti nama yg lebih sexy pak, kali aj semakin laku syukur2 bisa laku tanpa perlu belagu. Asik khan?!

    Gw jg lagi mikir2 ganti nama neh kayak jiwa musik, jimi rezek, kermit ngorek, roti susur, ato laen2nya. Lagi coba2 belajar ngeblog, sapa tau bisa buat “klangenan” (maap, ga tau bhs Indo-nya?) sendiri

  8. nadiawidya berkata:

    Wa..ternyata Dian Sastrowardoyo kalo ngepost ga rutin,byasalah aktivitas segudang..! Tapi isi postingannya bagus lho!

  9. nadiawidya berkata:

    ternyata Dian Sastrowardoyo kalo ngepost ga rutin,byasalah aktivitas segudang..! Tapi isi postingannya bagus lho! Bener2 perempuan yg pintar dan kharismatik

Tinggalkan Balasan ke nadiawidya Batalkan balasan